MODEL ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT
Dalam penyusunan program diklat, yang paling penting adalah memahami analisis kebutuhan (need), kemudian penentuan tujuan, penyusunan rencana awal diklat dan evaluasi akhir diklat. Menurut pendapat sebagian ahli kebutuhan adalah ketimpangan atau gap antara “apa yang seharusnya” dengan apa yang “kenyataannya”.
Untuk
mempermudah pemahaman, pengertian kebutuhan, digambarkan sebagai berikut:
Jadi analisis
kebutuhan diklat yaitu upaya menentukan sasaran
dan dilanjutkan dengan mengukur jumlah ketimpangan antara yang
seharusnya dengan
kenyataan, Analisis kebutuhan diklat bisa juga
disebut sebagai
studi analisis
masalah dengan mengumpulkan data sebagai
rujukan dalam mengambil keputusan. Berikut ini tahapan analisis kebutuhan
Tahapan
Analisis Kebutuhan Diklat
1.
Penyusunan
rencana
2.
Identifikasi
masalah
3.
Penentuan
lingkup perencanaan
4.
Identifikasi
alat dan prosedur analisis
5.
Penentuan
dan rumuskan kondisi sekarang
6.
Tentukan
kondisi yang diharapkan
7.
Pertemukan
perbedaan pendapat
8.
Urutkan
kebutuhan dan teruskan
penilaian untuk tetap up
to date
Tingkatan
Analisis Kebutuhan Diklat
Tingkat
organisasi: Analisis ditujukan
untuk melihat kelemahan umum yang terdapat pada organisasi, Misalnya unit atau bidang
yang paling membutuhkan pelatihan berdasarkan kinerja yang evaluasi
capaian atau target
Pekerjaan dan individu:
Analisis spesifikasi keterampilan pegawai, pengetahuan dan sikap selama
proses pekerjaan yang
sudah dilakukan.
Misalnya, pekerjaan arsiparis membutuhkan jenis keterampilan. Misalnya
capainnya belum terpenuhi, target kerja yang lamban dilaksanakan, serapan
pengetahuan yang kurang dan lain-lain. Sehingga bisa mengidentifikasi pegawai yang akan
mengikuti diklat.
Model
Analisis Kebutuhan Diklat
Menurut Kaufman terdapat 3 model analisis kebutuhan
diklat yaitu
model induktif, deduktif, dan klasik, penjelasannya sebagai berikut:
1.
Model induktif yaitu didahului dengan mengukur
perilaku calon peserta, kemudian mengelompokkannya sesuai
dengan target diklat. Sehingga bisa menentukan tujuan utama diklat
kemudian
disusun tujuan yang lebih terperinci.
2.
Model Deduktif yaitu didahului
dengan merumusan
tujuan umum dengan menetapan
kriteria peserta, fasilitator, target akhir lulusan, dengan tahapan pengumpulan data tantang kesenjangan kemampuan peserta, merumuskan tujuan,
mengembangkan program, melaksanakan dan mengevaluasi.
3.
Model
klasik yaitu lebih pada
analisis capaiannya pada
fasilitator, dibandingkan dengan analisis capaiannya peserta diklat.
Komponen pendukung dalam analisis kebutuhan diklat
seperti adanya penggunaan
teknik, alat
dan mengetahui tujuan akhir
dari analisis tersebut, berikut gambaran umum hubungan dari komponen tersebut:
Dimodifikasi dari sumber: https://bkd.jogjaprov.go.id
Teknik Analisis Data
pengumpulan data yang berkaitan dengan kinerja pegawai yang
menjadi target pelaksanaan analisis kebutuhan diklat. Contoh data berupa grafik penjualan atau pendapatan, angka
kecelakaan dan lain-lain.
Teknik Analisis Kebutuhan Peserta yaitu adalah mengumpulkan data dari berbagai pihak. Yaitu data
terkait dengan kinerja yang telah dicapai.
Teknik Analisis Kebutuhan Diklat yaitu analisis terhadap pengatahuan, keterampilan
atau sikap yang menjadi target utama diklat, sehingga calon peserta diklat
dapat berpengaruh pada peningkatan kinerja.
Dalamp penggunaan teknik di atas perlu memilih alat
yang tepat, misalnya wawancara, observasi,
analisis kelompok dan survey. Contoh ketika melakukan survey menggunakan kuesioner, ini yang
biasa digunakan untuk mengetahui capaian program diklat.
Dari
uraian tentang analisis kebutuhan diklat di atas, dapat diketahui bahwa lembaga
penyelenggara diklat pada semua tingkatan baik swasta maupun pemerintah perlu melakukan analisis
kebutuhan diklat, sebagai
bagian untuk menentukan kebutuhan dalam
desain diklat.
Dengan demikian diharapkan ada kesesuaian antara kemampuan individu dengan kebutuhan organisasi.
Sumber
:
Sebagaian
Besar Artikel ini di ambil dari Website. http://bkd.jogjaprov.go.id/ Tentang.
Konsepsi
Analisis Kebutuhan Diklat (AKD).
Gagne
and Briggs, op.
cit.
William
J. Rothwell, H. C. Kazanas, Mastering
the Instructional Design Process, A Systematic Approach (San
Fransisco: Jossey-Bass Publishers, 1992
Penelope
Hawe, Deirdre Degeling, Jane Hall, Alison Brierley, Evaluating Health Promotion, A
Health Worker’s Guide (Sydney: MacLennan & Petty Pty
Limited, 1995
Jerold
E. Kemp, Gary R. Morrison, Steven M. Ross, Designing Effective Instruction (New
York: Macmillan College Publishing Company, 1994)
Arief
S. Sadiman, Perencanaan
Sistem Pembelajaran, Prototipa Bahan Perkuliahan (Jakarta:
Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta, 1992/1993)
Allison
Rosset and Joseph W. Arwady, Training
Needs Assesment (New Jersey: Education Techology Publications,
Inc, 1987)
Tidak ada komentar